Inside Out, Ide Cerita yang Cerdas
Thursday, 27 August 2015
0
comments
Inside Out |
Menjadi remaja adalah fase terberat dalam hidup manusia. Pada fase ini, manusia mengalami emosi yang signifikan. Kepekaannya akan segala hal yang terjadi dalam hidupnya meningkat.
Itulah yang dirasakan sutradara Pete Docter saat anak perempuannya beranjak remaja. Perubahan emosi terjadi, membuatnya resah dan takut jikalau anaknya melewati masa remajanya dengan berat.
Pengalan inilah yang membuat Docter tertarik membuat film tentang kondisi psikologis remaja. Berbekal rasa ingin tahu yang besar, Docter berkonsultasi dengan dua psikolog handal dan menuangkan hasil diskusi mereka selama tujuh tahun ke dalam sebuah film animasi.
Film ini berjudul Inside Out. Berkisah mengenai perjalanan emosi seorang remaja bernama Riley. Di dalam diri Riley, lima emosi utama manusia , senang (joy), sedih (sadness), marah (anger), takut (fear), dn jijik (disgust) menjadi karakter yang hidup, yang bisa berbicara dan berinteraksi. Merekalah yang mengendalikan emosi Riley sejak bayi hingga remaja.
Tumbuh menjadi anak yang periang, riley menemui masalah ketika harus pindah ke San Francisco. Sadness menyentuh inti ingatan Riley dan mengubahnya menjadi emosi sedih. Untuk menghindarkan malapetaka , Joy berusaha mengubah ingatan tersebut. Namun dia dan sadness justru tersedot dan tersesat di ingatan jangka panjang Riley. Padahal, tanpa joy, Riley tidak akan bisa bahagia.
Siapapun yang menyaksikan film ini di 10 menit awal akan mendecakkan kekaguman. Ide yang disajikan sangat original dan berbobot. Ekspektasi akan film animasi lucu dengan jalan cerita yang simpel pun runtuh seketika . Bagi orang dewasa, pengalaman ini mengasyikkan. Namun, keasyikan yang sama belum tentu dirasakan juga oleh anak-anak yang mungkin akan kesulitan memahami jalan cerita film ini.
Fim ini tidak sekedar memberikan hiburan dengan menyajikan gambar penuh warna dan bentuk. Disney dan Pixar seakan tidak memiliki saingan jika teknik animasi dan autensitas karakter karakter di dalam filmnya dibahas.. Yang lebih penting, film ini memberikan nilai lebih , menonjolkan fungsinya sebagai media pembelajaran bagi orantua dan remaja mengenai "suara-suara" yang ada di kepala mereka.
Film ini "menyentil" penonton dengan memaparkan kalau hidup tidak selamanya tentang kebahagiaan. Emosi lainnya, seperti sedih, marah, takut, dan jijik ternyata juga sangat penting dalam membangun sebuah kepribadian yang utuh.
Baca Selengkapnya ....